Syalom Warga Sorga..
Kesaksian yang luar biasa dari seorang Rahib Budha di Myanmar (
Burma) yang hidup kembali menjadi seorang yang diubahkan. Prakata Kisah
berikut adalah terjemahan bebas dari kesaksian yang direkam dari seorang
yang hidupnya diubahkan. Ini bukan sebuah wawancara atau Biografi,
Tetapi kisah yang dituturkan oleh orang tersebut sendiri. Reaksi
tiap-tiap orang berbeda-beda ketika mendengar kisah ini. Ada yang dapat
semangat, ada yang ragu, beberapa bahkan mengejek dan mentertawakan,
bahkan ada beberapa dengan penuh kegusaran dan marah, yakin bahwa kisah
ini adalah 'ocehan' dari seorang gila atau suatu penipuan yang cermat.
Jika
TUHAN menginginkan bagian dari kisah ini untuk KemuliaanNYA atau untuk
membangun UmatNYA, maka saya berdoa agar Roh Kudus bekerja di dalam hati
setiap pembaca. Beberapa orang menceritakan bahwa mereka berfikir bahwa
Rahib itu tidak benar-benar mati tetapi hanya ada dalam ketidak sadaran
(mati suri), dan hal-hal yang dia lihat dan dengar adalah bagian dari
halusinasi orang yang kena demam.
Apapun yang anda
pikirkan, faktanya tetap bahwa kejadian ini secara drastis telah
menjadikan orang ini hidupnya berubah 180 derajat sesudah kejadian di
bawah ini. Dia tanpa rasa takut, dengan berani mengisahkan
pengalamannya, dengan resiko besar, termasuk dipenjara. Dia juga dicaci
maki oleh saudara-saudaranya, teman-teman, rekan-rekannya dan diancam
dibunuh karena ketidaksediaannya untuk mengkompromikan kisahnya. Apa
yang memotivasi orang ini untuk berisiko? Kita mempercayainya atau
tidak, kisah ini layak untuk didengarkan dan dipertimbangkan. Dalam
masyarakat barat yang sinis banyak orang mendambakan bukti yang kuat
untuk hal-hal tersebut Bukti yang berani dihadapkan di pengadilan.
Inilah Kesaksian Pak Athet Pyan Shinthaw Paulu Mantan Budha,silakan di
baca yaa :
Halo,
nama saya Athet Pyan Shinthaw Paulu. Saya dari negara Myanmar. Saya
ingin berbagi dengan anda kesaksian saya ini tentang apa yang terjadi
pada saya, tetapi sebelumnya saya ingin menceritakan sedikit latar
belakang saya sejak saya kecil. Saya dilahirkan tahun 1958 di kota
Bogale, di daerah delta Irrawaddy Myanmar selatan (dahulu Burma). Orang
tua saya penganut agama Budha yang beriman (taat) seperti kebanyakan
orang di Myanmar, memanggil saya si Thitphin (yang artinya pohon).
Kehidupan di mana saya bertumbuh sangat sederhana.
Pada
umur 13 tahun saya keluar sekolah dan mulai bekerja di perahu nelayan.
Kami menangkap ikan juga udang di beberapa sungai besar dan kecil di
daerah Irrawaddy. Pada umur 16 saya jadi pemimpin perahu. Saat itu saya
tinggal di utara pulau Mainmahlagyon (Mainmahlagyon artinya pulau wanita
cantik), di bagian utara Bogale dimana saya dilahirkan. Tempat ini kira
kira 100 mil barat daya Yangoon (Rangoon) ibu kota negara kami.
Suatu
hari waktu saya berumur 17 tahun, kami menangkap banyak sekali ikan
dalam jala kami. Saking banyaknya ikan yang kami tangkap, seekor buaya
besar tertarik perhatiannya. Buaya itu mengikuti perahu kami dan mencoba
menyerang kami. Kami jadi ketakutan sehingga dengan panik kami
mendayung perahu kami menuju tepian sungai secepatnya. Buaya itu
mengikuti kami dan menyerang perahu kami dengan ekornya.Walaupun tidak
ada yang mati dalam kejadian ini, serangan itu mempengaruhi kehidupan
saya. Saya tidak mau lagi menangkap ikan. Perahu kecil kami tenggelam
kena serangan buaya itu. Malam itu kami pulang ke kampung naik perahu
tumpangan. Tak lama sesudah itu, bos ayah saya memindahkan ayah saya ke
kota Yangoon (sebelum disebut Rangoon).
Pada umur 18 saya
dikirim kesebuah biara menjadi Rahib muda. Kebanyakan orang tua di
Myanmar berusaha mengirimkan anak laki-laki mereka ke biara Budha,
setidaknya satu kali, karena merupakan suatu kehormatan mempunyai anak
laki-laki melayani dengan cara ini. Kami telah mengikuti adat ini
ratusan tahun. Seorang murid yang bersemangat Pada saat saya mencapai
umur 19 tahun 3 bulan (tahun 1977) saya jadi Rahib. Rahib atasan saya di
biara itu memberi saya sebuah nama Budha baru yang sudah menjadi
adat/kebiasaan di negara saya. Saya dipanggil U Nata Pannita
Ashinthuriya. Pada waktu kami menjadi Rahib kami tidak lagi menggunakan
nama yang diberikan orang tua pada waktu lahir.
Biara
tempat saya tinggal disebut Mandlay Kyaikasan Kyaing. Nama Rahib kepala
ialah U Zadila Kyar Ni Kan Sayadaw (U Zadila adalah gelar). Dia Rahib
yang sangat terkenal di seluruh Myanmar pada waktu itu. Setiap orang
tahu siapa dia.
Dia sangat dihargai oleh orang-orang dan
disegani sebagai guru besar. Saya katakan dulu karena pada tahun 1983
dia tiba-tiba mati dalam kecelakaan mobil yang fatal. Kematiannya
mengejutkan semua orang. Saat itu saya sudah 6 tahun jadi Rahib. Saya
berusaha jadi Rahib terbaik dan mengikuti semua ajaran Budha. Pada suatu
tingkat tertentu saya pindah ke sebuah kuburan yang kemudian saya
tinggali dan bermeditasi secara kontinyu. Beberapa Rahib yang
sungguh-sungguh mengikuti kebenaran Budha melakukan hal yang saya
lakukan ini. Beberapa bahkan pindah ke hutan dimana mereka hidup
menyangkal diri dan miskin. Saya cari penyangkalan diri, fikiran dan
keinginan, untuk menghindari penyakit dan penderitaan dan membebaskan
diri dari kehidupan duniawi. Di kuburan saya tidak takut setan, saya
berusaha untuk mencapai kadamaian batin dan sadar diri sampai-sampai
bila ada nyamuk hinggap ditangan saya membiarkannya menggigit tangan
saya dari pada mengusirnya. Bertahun-tahun saya berusaha untuk jadi
Rahib terbaik dan tidak menyakiti makhluk hidup.
Saya
belajar pelajaran Budha suci ini seperti semua nenek moyang kami lakukan
sebelum saya. Kehidupan saya sebagai Rahib berjalan terus sampai suatu
waktu saya menderita sakit keras. Saya ada di Mandalay waktu itu dan
harus dibawa ke rumah sakit untuk perawatan. Dokter melakukan beberapa
pengecekan pada saya dan memberitahu saya bahwa saya terjangkit penyakit
kuning dan malaria bersamaan. Sesudah sebulan di rumah sakit saya malah
makin gawat. Dokter memberi tahu saya bahwa tak ada harapan sembuh
untuk saya dan mengeluarkan saya dari rumah sakit untuk mempersiapkan
kematian. Inilah penjelasan singkat masa lalu saya.
Sekarang
saya ingin menceritakan beberapa hal luar biasa yang terjadi pada diri
saya sesudahnya. Penglihatan Yang Mengubah Hidup Saya Selamanya Sesudah
saya dikeluarkan dari rumah sakit saya kembali ke tempat di mana para
Rahib yang lain mengurus saya. Saya makin hari makin lemah dan makin
susut karena badan busuk dan bau kematian, dan akhirnya jantung saya
berhenti berdenyut. Tubuh saya dipersiapkan untuk kremasi dan melalui
tata cara pemurnian agama Budha. Walaupun tubuh saya mati tetapi saya
ingat dan sadar dalam fikiran dan roh saya. Saya ada dalam badai besar.
Angin kencang meniup seluruh daratan sampai tidak ada pohon atau apapun
yang berdiri, semua rata, saya berjalan sangat cepat di jalan rata itu
untuk beberapa lama.
Tak
ada orang lain, hanya saya sendiri, kemudian saya menyeberang sebuah
sungai. Di seberang sungai itu saya melihat danau api yang sangat sangat
besar. Dalam agama Budha kami tidak ada gambaran tempat seperti ini.
Pada mulanya saya bingung dan tak tahu bahwa itu adalah neraka sampai
saya lihat Yama, raja neraka (Yama adalah nama untuk raja neraka dalam
kebudayaan Asia) mukanya seperti singa, badannya seperti singa , tetapi
kakinya seperti seekor naga (roh naga). Dia mempunyai beberapa tanduk di
kepalanya. Wajahnya sangat mengerikan dan saya sangat ketakutan. Dengan
gemetar, saya tanya namanya. Dia jawab "Saya adalah raja neraka, si
Perusak!" Danau Api Yang Sangat Mengerikan Raja neraka memberi tahu saya
untuk melihat ke danau api itu.
Saya memandang dan
melihat jubah warna kunyit yang biasa dipakai rahib Budha di Myanmar.
Saya memandang dan melihat kepala gundul seorang laki-laki. Waktu saya
lihat wajah orang itu saya mengenalinya sebagai U Zadila Kyar Ni Kan
Sayadaw (rahib terkenal yang mati kecelakaan mobil tahun 1983). Saya
tanya raja neraka mengapa pemimpin saya, diikat dalam danau penyiksaan
ini. Saya tanya "Mengapa dia ada dalam danau api ini? Dia seorang guru
yang baik." Dia bahkan mempunyai kaset pengajaran yang berjudul 'Apakah
anda manusia atau anjing?' Yang sudah membantu ribuan orang mengerti
bahwa sebagai manusia sangat berharga jauh dibandingkan binatang. Raja
neraka itu menjawab, "Betul, dia seorang guru yang baik, tetapi dia
tidak percaya pada TUHAN YESUS KRISTUS.
Itulah
sebabnya dia ada di neraka." Saya diberi tahu untuk melihat orang lain
yang ada di dalam api itu. Saya lihat seorang laki-laki dengan rambut
panjang di lilitkan dibagian kiri kepalanya. Dia juga mengenakan jubah.
Saya tanya raja neraka : "Siapa orang itu?" , raja neraka menjawab,
"Inilah yang kau sembah, Gautama (Budha)". Saya sangat terganggu melihat
Gautama di neraka. Saya protes, "Gautama orang baik, mempunyai karakter
moral yang baik, mengapa dia menderita di dalam danau api ini?" Raja
neraka menjawab saya "Tak peduli bagaimana baiknya dia. Ia ada di tempat
ini karena dia tidak percaya pada ALLAH yang kekal". Saya kemudian
melihat seorang yang lain yang tampaknya memakai seragam tentara.
Dia
terluka di dada-nya. Saya tanya "Siapa dia?", Raja neraka berkata "Ini
Aung San, pemimpin revolusi Myanmar ". Saya kemudian diberi tahu, "Aung
San di sini karena dia menyiksa dan membunuh orang-orang Kristen, Tetapi
terutama karena dia tidak percaya TUHAN YESUS KRISTUS." Di Myanmar ada
pepatah, "Tentara tak pernah mati, hidup terus." Saya diberitahu bahwa
tentara neraka mempunyai pepatah "Tentara tak pernah mati, tetapi ke
neraka selamanya."
Lalu
saya amati dan melihat orang lain di danau api itu. Dia orang yang
sangat tinggi dan memakai baju baja militer. Dia juga menyandang pedang
dan perisai. Orang ini terluka di dahinya. Orang ini lebih tinggi dari
siapapun yang pernah saya lihat. Saya bingung karena saya tidak tahu
siapa itu Goliath dan Daud. Raja neraka berkata, "Goliath tercatat di
Alkitab orang Kristen. Kamu tidak tahu dia sekarang, tetapi kalau kamu
jadi Kristen, kamu akan tahu siapa dia.
Lalu saya
dibawa ke sebuah tempat di mana saya lihat orang kaya dan miskin
menyiapkan makan malam mereka. Saya tanya "siapa yang memasak makanan
untuk orang-orang itu?" raja itu menjawab "Yang miskin harus menyiapkan
makanan mereka, tetapi yang kaya menyuruh yang lain untuk memasak untuk
mereka."
Ketika makanan sudah tersedia untuk yang kaya,
mereka duduk untuk makan. Segera setelah mereka mulai makan asap tebal
keluar. Yang kaya makan secepat sebisa mereka agar mereka tidak pingsan.
Mereka berusaha keras untuk dapat bernafas karena asap itu. Mereka
harus makan cepat-cepat karena mereka takut kehilangan uang mereka. Uang
mereka adalah tuhan mereka. Seorang raja yang lain kemudian datang pada
saya.
Saya
juga melihat satu makhluk yang kerjanya menjaga api di bawah danau api
agar tetap panas. Makhluk ini bertanya pada saya "Apa kamu juga akan
masuk ke danau api ini?" Saya jawab, "Tidak! saya di sini untuk hanya
mengamati!" Bentuk makhluk yang menjaga api itu sangat menakutkan.
Dia
punya 10 tanduk dikepalanya dan sebatang tombak di tangannya yang pada
ujungnya ada 7 pisau tajam. Makhluk ini berkata "Kamu betul, kamu datang
ke sini hanya untuk mengamati. Saya tak temukan namamu disini". Katanya
"Kamu harus kembali dari mana kamu datang tadi" Dia menunjukkan arah
pada saya tempat terpencil rata yang saya lewati sebelumnya waktu datang
ke danau api ini. Keputusan Untuk Memilih Jalan Saya jalan cukup lama,
sampai saya berdarah. Saya sangat kepanasan dan kesakitan. Akhirnya
setelah berjalan sekitar 3 jam saya sampai di sebuah jalan yang lebar.
Saya berjalan sepanjang jalan ini beberapa lama sampai menemukan
persimpangan.
Satu
jalan arah kiri, lebar. Jalan yang lebih kecil menuju ke sebelah kanan.
Ada tanda disimpang itu yang berbunyi jalan kiri untuk mereka yang
tidak percaya pada TUHAN YESUS KRISTUS, jalan yang lebih kecil menuju ke
kanan untuk yang percaya TUHAN YESUS KRISTUS. Saya tertarik melihat ke
mana tujuan jalan yang lebih besar itu, jadi saya mulai melaluinya. Ada 2
orang berjalan kira-kira 300 yard di depan saya. Saya coba mengejar
mereka agar dapat jalan bersama, tetapi sekerasnya saya coba tak dapat
mengejar mereka, jadi saya putar balik dan kembali ke simpang jalan
tadi.
Saya terus perhatikan kedua orang yang berjalan
tadi. Waktu mereka mencapai ujung jalan tiba-tiba mereka ditikam. Kedua
orang itu berteriak sangat kesakitan. Saya juga menjerit keras waktu
melihat apa yang terjadi pada mereka Saya sadar akhir dari jalan yang
lebih lebar sangat berbahaya untuk mereka yang menjalaninya.
Melihat
Surga Saya mulai melangkah ke jalan Orang Percaya. Sesudah berjalan
sekitar 1 jam, permukaan jalan berubah jadi emas murni.
Sungguh
murni sampai-sampai waktu saya lihat kebawah saya dapat melihat
bayangan saya dengan sempurna. Kemudian saya lihat seseorang berdiri di
depan saya. Dia memakai jubah putih. Saya juga mendengar nyanyian merdu.
Oh, alangkah indah dan murninya! Sangat jauh lebih baik dan berarti
dibandingkan penyembahan yang kita dengar di gereja manapun di dunia.
Orang berjubah tersebut meminta saya berjalan bersamanya. Saya bertanya
padanya, "Siapakah namamu?" tetapi dia tidak menjawabnya. Baru sesudah
saya tanya dia 6 kali orang itu menjawab, "Saya yang memegang kunci ke
surga. Surga tempat yang sangat sangat indah. Kamu tak dapat pergi ke
sana sekarang tetapi kalau kamu mengikuti TUHAN YESUS KRISTUS, kamu
dapat pergi ke sana sesudah hidupmu selesai di bumi". Orang itu bernama
Petrus.
Petrus kemudian meminta saya untuk duduk dan
menunjukkan pada saya sebuah tempat di sebelah utara. Petrus berkata,
"Lihat ke utara dan lihatlah ALLAH menciptakan manusia". Saya melihat
ALLAH kekal di kejauhan. ALLAH berkata pada seorang malaikat, "Mari kita
ciptakan manusia." Malaikat itu memohon Kepada ALLAH dan berkata,
"Jangan menciptakan manusia. Dia akan berbuat dosa dan mendukakan
ENGKAU." (dalam bahasa asli Burma berarti: "Dia akan mempermalukan
ENGKAU") Tetapi ALLAH tetap menciptakan manusia. ALLAH meniupkan
nafasNYA dan manusia itu hidup.
Dia memberi nama orang itu
"Adam". (catatan: agama Budha tidak percaya penciptaan dunia atau
manusia sehingga pengalaman ini sangat besar pengaruhnya pada rahib
itu). Dikembalikan Dengan Nama Baru Kemudian Petrus berkata, "Sekarang
bangunlah dan kembalilah melalui jalan di mana engkau datang. Katakan
pada orang-orang yang menyembah Budha dan menyembah berhala. Beri tahu
mereka bahwa mereka akan pergi ke neraka bila mereka tidak berubah.
Mereka
yang membangun kuil / kelenteng dan berhala juga akan ke neraka. Mereka
yang yang memberikan persembahan pada para rahib untuk mendapatkan jasa
untuk mereka sendiri juga akan ke neraka. Mereka yang menyembah rahib
dan memanggil mereka "Pra" (gelar kehormatan bagi rahib) akan ke neraka.
Mereka yang menyanyi dan memberikan hidupnya untuk berhala akan ke
neraka. Mereka yang tidak percaya Kepada TUHAN YESUS KRISTUS akan ke
neraka. Petrus memberi tahu saya untuk kembali ke bumi dan bersaksi
tentang semua apa yang telah saya lihat. Dia juga berkata, 'Kamu harus
bicara dengan nama yang baru.
Sejak saat ini kamu harus
dipanggil Athet Pyan Shinthaw Paulu (Paulus yang kembali hidup). Saya
tidak mau kembali. Saya ingin tinggal di surga. Seorang kemudian
malaikat membuka sebuah buku. Pertama-tama mereka mencari nama masa
kecilku (Thitpin) dalam buku, tetapi mereka tak menemukannya. Kemudian
mereka mencari nama yang diberikan pada saya waktu masuk agama Budha (U
Nata Pannita Ashinthuriya), tetapi juga tidak tertulis disitu. Kemudian
Petrus berkata, "Namamu tidak tertulis di sini, kamu harus kembali dan
bersaksi tentang TUHAN YESUS KRISTUS pada orang-orang yang beragama
Budha." Saya berjalan kembali melalui jalan emas. Saya dengar lagi
nyanyian yang merdu, yang tak pernah saya dengar sebelumnya. Petrus
berjalan dengan saya sampai saatnya saya kembali ke bumi.
Dia
menunjukkan pada saya tangga untuk kembali ke bumi antara surga dan
langit. Tangga itu tidak sampai ke bumi, tetapi berhenti di udara. Pada
saat di tangga saya lihat banyak sekali malaikat, ada yang naik ke surga
dan ada yang turun ke tangga. Mereka sangat sibuk. Saya tanya Petrus,
"Siapakah mereka?". Petrus menjawab, "Mereka pesuruh TUHAN. Mereka
melaporkan ke surga nama-nama mereka yang percaya TUHAN YESUS KRISTUS
dan nama-nama mereka yang tidak percaya." Petrus kemudian memberi tahu
saya, sudah waktunya untuk kembali.
Tiba-tiba saya
mendengar sebuah tangisan. Saya dengar ibu saya sedang menangis,
"Anakku, mengapa engkau meninggalkan kami sekarang?" Saya juga mendengar
orang-orang lain menangis. Saya kemudian sadar saya sedang terbujur
dalam sebuah peti. Saya mulai bergerak. Ibu dan ayahku berteriak, "Dia
hidup, dia hidup!" Orang lain yang agak jauh tidak percaya. Kemudian
saya taruh tangan saya di kedua sisi peti itu dan duduk tegak. Banyak
orang ketakutan. Mereka menjerit, "Hantu!" dan berlari secepat kaki
mereka membawanya. Mereka yang tertinggal, diam dan bergemetaran. Saya
merasakan saya sedang duduk dalam cairan yang tak sedap baunya, cairan
tubuh, cukup banyak untuk dapat mengisi 3,5 gelas. Itu adalah cairan
yang keluar dari perut dan bagian dalam tubuhku ketika tubuhku terbujur
di dalam peti mati. Inilah sebabnya orang tahu bahwa saya sudah
betul-betul mati. Di dalam peti mati ini ada semacam lembaran plastik
yang ditempelkan pada kayu peti. Lembaran plastik ini untuk menampung
cairan yang keluar dari mayat, karena tubuh orang meninggal banyak
mengeluarkan cairan seperti yang saya alami. Saya diberi tahu kemudian
bahwa hanya beberapa saat lagi saya dikremasi dalam api.
Di
Myanmar orang mati dimasukkan kedalam peti mati, tutupnya kemudian
dipaku, dan kemudian dibakar. Ketika saya kembali hidup, ibu dan ayahku
sedang melihat tubuhku untuk terakhir kalinya. Sesaat lagi tutup peti
akan segera dipaku dan saya akan dikremasikan. Saya segera mulai
menjelaskan hal-hal yang saya lihat dan dengar. Orang-orang merasa
heran. Saya ceritakan orang-orang yang saya lihat di dalam danau api
itu, dan memberi tahu hanya orang Kristen yang tahu kebenaran, bahwa nenek moyang kita dan kita sudah tertipu ribuan tahun!
Saya
beri tahu mereka segala sesuatu yang kita percayai adalah kebohongan.
Orang-orang merasa heran sebab mereka tahu rahib macam apa saya dan
bagaimana bersemangatnya saya dalam pengajaran Budha. Di
Myanmar ketika seseorang meninggal, namanya dan umurnya ditulis
disamping peti mati. Ketika seorang rahib meninggal, namanya, umurnya
dan masa pelayanannya sebagai rahib dituliskan di samping peti mati.
Saya sudah ditulis mati tetapi seperti yang anda lihat, sekarang saya
hidup!
---------------------------------------------------------------------------------
(Penutup)
Sejak "Paul yang kembali hidup" mengalami kisah di atas dia tetap menjadi saksi yang setia kepada TUHAN YESUS KRISTUS. Para Gembala di Burma mengabarkan bahwa dia sudah membawa ratusan rahib lain untuk beriman kepada TUHAN YESUS KRISTUS.
Kesaksiannya jelas sekali tak berkompromi. Oleh sebab itu, pesan dia
telah menyakitkan banyak orang yang tidak dapat menerima hanya ada satu
jalan ke surga,Yaitu TUHAN YESUS KRISTUS. Walaupun menghadapi penolakan
yang sangat besar, pengalamannya sungguh nyata sehingga ia pernah ragu
maupun bimbang. Setelah sekian tahun dalam lingkungan biara Budha,
sebagai pengikut ajaran Budha yang setia, beralih menyatakan Injil
Kristus sesudah kebangkitannya dari mati dan mendesak rahib yang lain
untuk meninggalkan semua dewa-dewa palsu dan menjadi pengikut TUHAN
YESUS KRISTUS dengan sepenuh hati. Sebelum sakit dan matinya dia tidak
punya pengetahuan sedikitpun tentang keKristenan. Semua yang dia
dapatkan selama 3 hari dalam kematian adalah baru dalam fikirannya.
Dalam mengabarkan pesannya sebanyak mungkin pada orang-orang. Lazarus
modern ini mulai membagikan audio dan video kaset mengenai kisahnya.
Polisi serta pihak berwenang di Myanmar sudah berusaha sekuatnya untuk
mengumpulkan kaset-kaset ini dan memusnahkannya. Kesaksian yang baru
saja anda baca adalah salah satu terjemahan dari kaset itu. Kami diberi
tahu bahwa sekarang sangat berbahaya bagi warga Myanmar untuk memiliki
kaset ini. Kesaksiannya yang tak kenal takut telah membuatnya dipenjara,
di mana yang berwenang telah gagal menawarkan dia untuk bungkam.
Sesudah dilepaskan dia terus bersaksi tentang apa yang dia lihat dan
dengar. Keberadaannya sekarang tidak jelas. Seorang nara sumber di Burma
mengatakan bahwa dia di penjara dan bahkan mungkin sudah dibunuh,
sumber lain mengabarkan bahwa dia sudah dilepaskan dari penjara dan
sedang meneruskan pelayanannya.amin...Sekian dari Kesaksian Tersebut...
semoga bermanfaat yaa..
Sumber :http://adalayanankasih.blogspot.com/2012/01/seorang-buddha-di-bawa-ke-neraka-sorga.html...
LORD JESUS bless you all...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar